Overdosis Suplemen Transportasi

 


     Bagi beberapa orang yang memiliki masalah kekurangan asupan nutrisi, disarankan mengkonsumsi suplemen vitamin untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuhnya. Tubuh yang kekurangan asupan nutrisi akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, dan dapat pula mengalami pengurangan efektivitas kerja organ.

     Bagi masyarakat komuter yang hidup di kota-kota penyanggah Ibukota Jakarta tentu sudah sangat akrab dengan Ojek Online (Go-Jek, GrabBike, Uber, dll). Hadirnya Ojek Online di dalam sistem transportasi masyarakat kota penyanggah (Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi) disinyalir sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat penglaju (komuter) atas moda transportasi yang efisien bagi dirinya. 

     Di awal hadirnya Ojek Online di antara moda transportasi perkotaan lainnya seperti Angkutan Kota (Angkot), Bus Kota, Taksi konvensional, TransJakarta, dan KA Komuter dapat dianalogikan sebagai “suplemen” transportasi perkotaan. Analogi ini diangkat dari imaji yang menggambarkan jalur transportasi bolak-balik JABODETABEK sebagai sebuah tubuh yang menghendaki terpenuhinya nutrisi agar kinerja kota tersebut dapat berjalan secara efektif. Moda transportasi massal konvensional seperti angkot bus kota, dan taksi, juga yang telah dimodernisasi seperti TransJakarta dan KA Komuter dapat dianalogikan sebagai “makanan alami” yang seharusnya berfungsi sebagai sumber optimum nutrisi bagi tubuh.

     Sebagaimana penjelasan singkat pada paragraf pertama, konsumsi terhadap suplemen hadir akibat tidak terpenuhinya asupan nutrisi untuk tubuh dari makanan alami sebagai asupan nutrisi yang utama. Buruknya pelayanan moda transportasi konvensioanal selama bertahun-tahun menyebabkan turunnya rasa percaya publik sebagai pengguna transportasi, dan juga berdampak pada kefektifan sebuah kota.

     Ketidak-jelasan jadwal keberangkatan, buruknya kondisi kendaraan, kerawanan pada tindak kriminal di atas kendaraan, ketidakdisiplinan pengendara, dan juga kelangkaan kerap kali terjadi. Lain lagi halnya pada moda transportasi massal yang telah dimodernisasi, meski terus melakukan perbaikkan setiap tahunnya, namun ketersediaan yang minim masih menjadi kendala utamanya. Padahal permintaan terhadap moda transportasi tersebut cukup tinggi. Kasus-kasus ini dapat dianalgoikan sebagai buruknya kualitas “makanan alami”, seperti kondisi beras yang tak bermutu, sayur-mayur dalam kondisi busuk, daging bangkai yang dijual kembali, serta kelangkaan pasokan makanan di pasaran. Bagaimana bisa sebuah tubuh mendapatkan nutrisi yang optimal jika makanan alami sebagai makanan pokoknya terus-terusan tidak dalam kondisi optimalnya?

     Pada kondisi tubuh-kota yang kekurangan nutrisi-trasportasi seperti itulah suplemen-transportasi macam ojek online hadir. Mereka hadir untuk menawarkan perbaikan nutrisi agar kerja tubuh-kota dapat efektif. Masyarakat komuter terus-terusan mengkonsumsi suplemen-transportasi karena mendiagnosis dirinya yang sedang kekurangan nutrisi dari makanan alaminya.

     Namun, masalah mulai timbul di kemudian hari. Asupan suplemen-transportasi sedikit demi sedikit menggantikan makanan alami untuk pemenuhan kebutuhan nutrisinya. Publik komuter yang merasa asupan nutrisinya terpenuhi oleh suplemen-transportasi mulai meninggalkan transportasi-massal-konvensional. Lebih baik mengkonsumsi suplemen tinimbang makan makanan alami yang tidak kunjung membaik kondisinya. Sayur busuk tentu membahayakan tubuh.

     Sebagaimana suplemen-makanan yang merupakan produk yang melalui proses kimiawi -berkebalikan dengan makanan alami- tentu memiliki lebih banyak efek samping terhadap tubuh, apalagi bila dikonsumsi secara berlebihan dan berterus-terusan, atau biasa disebut seabagai overdosis dan hipervitaminosis. Tubuh-manusia yang mengkonsumsi suplemen secara berlebihan (overdosis) akan mengalami kerusakan organ dalam, mengurangi kemampuan kognitis, dan dalam beberapa kasus menyebabkan kematian.

     Suplemen-transportasi yang dikonsumsi secara berlebihan, atau bisa dikatakan dalam kondisi overdosis, tentu membawa dampak buruk bagi tubuh-kota. Kemacetan yang bertambah parah akibat semakin banyaknya kendaraan  yang standby di jalan raya, lumpuhnya jalanan perkotaan, rusaknya jalan-jalan perkotaan akibat beban berlebih dari jumlah kendaraan yang semakin banyak, merupakan contoh-contoh dari efek samping overdosis suplemen-transportasi. Belum lagi efek sosio-kultural yang ditimbulkan oleh overdosis suplemen-transportasi, yang meski tidak terlihat secara langsung namun bahaya yang besar dapat meledak sewaktu-waktu, bagaikan bom waktu.

     Tubuh-kota yang mengalami overdosis suplemen-transportasi tidak lagi mampu berkinerja secara efektif. Mengalami penurunan kualitas produksinya. Hingga pada akhirnya akan menyebabkan kematian tubuh-kota itu sendiri.

     Para ahli gizi menyatakan bahwa konsumsi suplemen dapat memberikan manfaat bila digunakan atas saran dokter gizi yang telah mendiagnosis kekurangan nutrisi pada tubuh. Dokter gizi yang tentu memiliki otoritas keilmuan dalam mendiagnosis kekurangan asupan nutrisi tubuh dapat dipastikan akan meberikan anjuran yang tepat bagi tubuh pasiennya.

     Begitu pula suplemen-tansportasi, seharusnya diawali dengan analisa atau diagnosa permasalahan sehingga kemudian dapat diaplikasikan suplemen-transportasi pada batas kewajarannya. Dokter gizi-transportasi, yang dalam hal ini dapat dimaknai sebagai para stakeholder dan atau pemangku kebijakan yang berkeahlian dalam bidang transportasi perkotaan perlu sesegera mungkin turun tangan. Hindari silang sengkarut antar “Dokter gizi” yang hanya menambah keruh kondisi tubuh-kota.

     Sayangnya, publik komuter mengkonsumsi suplemen-transportasi tidak atas anjuran Dokter gizi-transportasi, melainkan atas anjuran Sales obat suplemen!. Sales obat yang seringkali berorientasi kepada laba/ keuntungan penjualan obatnya ketimbang kesehatan para konsumennya. Semakin banyak publik komuter mengkonsumsi suplemen-transportasi, semakin untung para Sales obat tersebut. “Persetan dengan kesehatan tubuh-kota!”  ujar sales obat suplemen-transportasi.

Kepadatan jalan raya saat Jam sibuk
     Para pemangku kebijakan transportasi, yang di dalamnya terdapat para Dokter gizi-tansportasi harus segera duduk bersama untuk kemudian menganalisa dan memberikan dosis yang tepat terhadap suplemen-transportasi. Perlu segera dicanangkan Transportasi terintegrasi dengan penempatan ojek online pada porsinya, dan pembuatan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk moda transportasi massal darat konvensional. SPM ini bersifat mudah dipahami juga terbuka untuk publik, agar publik sebagai pengguna layanan transportasi tahu akan hak-haknya. Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi penyelenggara layanan publik (dalam hal ini semua moda transportasi darat perkotaan) sebenarnya telah di atur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jika hal ini tidak kunjung direalisasi, maka kekacauan yang timbul dari overdosis suplemen-transportasi akan mengakibatkan komplikasi berbagai penyakit perkotaan yang berujung pada matinya tubuh-kota.

***

     Sebenarnya, jika kita amati secara lebih mendalam, akar permasalahan dari transportasi Ibukota dan kota-kota penyanggahnya adalah ketimpangan terhadap pengendalian sumber daya. Adanya konsentrasi terhadap sumber daya ke dalam satu titik yang sedikit demi sedikit membuka jurang pemisah atau ketimpangan yang semakin lebar, antara pemilik modal atau pengendali sumber daya yang hanya segelintir itu dengan masyarakat kelas menengah hingga menengah ke bawah yang jumlahnya jauh lebih banyak. Semakin jauhnya masyarakat kelas menengah untuk mendapat akses terhadap sumber daya tentu saja menuntut semakin panjangnya transportasi yang harus dilaluinya. Ketimpangan ini harus segera diselesaikan secara seskama.

     Dan bila kita amati lebih jauh ke dalam akar permasalahannya, adalah kehidupan yang serba duniawi sebagai sebab dari semua kekacauan ini. Kehidupan duniawi yang menegasikan kehidupan setelah dunia (kehidupan akhirat) telah dinyatakan secara jelas oleh Rasulullah SAW sebagai sumber kehancuran ummat. Seyogianya kita kembali meneguk spiritualitas yang menyeluruh agar dapat memahami hakikat kehidupan ini. Agar kita menjadi manusia yang adil dan beradab serta memiliki hikmah, yang dengan begitu maka kebahagiaan (sa’adah) akan tercapai.

Wallahu’alam bishawab


Yahya Wido Aditama
Bekasi, 1 Ramadhan 1438 Hihriah (27 Mei 2017 Era Bersama)
Powered by Blogger.

Followers