بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِيم
Tujuan mencari
Ilmu dalam Islam berbeda dari Tujuan mencari Ilmu dalam ideologi sekular. Dalam
Islam, tujuan mencari Ilmu bukan semata untuk Materi atau Kekuasaan. Seperti
yang dikatakan Imam Nawawi “Ketahuilah, apa yang kami sebutkan dalam keutamaan
mencari ilmu itu adalah tujuannya untuk mencari Ridho Allah, untuk beribadah
agar mendapatkan Ridho Allah, dan bukan tujuannya untuk duniawi, kalau
tujuannya untuk duniawi, itu tercela.” . Bukan berarti materi itu tidak
penting, tetapi materi itu bukan tujuan utamanya, tujuan utamanya tetap mencari
Riho Allah SWT. Seperti yang diriwayatkan oleh Ali bin Abu Thalib R.A “Ilmu itu
lebih baik ketimbang harta”, keran jika Ilmu dikeluarkan dia akan bertambah,
sementara jika harta dikeluarkan (untuk hal diluar ibadah) ia akan berkurang
dan habis. Jika materi dijadikan tujuan utama, itu akan menimbulkan suatu
bahaya, baik bagai dirinya sendiri maupun orang banyak. Kita sebagai Umat Islam
harus mempunyai Integritas, keIkhlasan, & Perjuangan.`
Tujuan mencari
Ilmu akan membawa dampak kepada cara belajar. Imam Syafi’i berpesan, “Siapapun
yang belum merasakan susahnya belajar, maka ia akan merasakan kebodohan
sepanjang hidupnya”. Karena mencari ilmu itu memang susah, tetapi jika
diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT, InsyaAllah diberikan kemudahan.
“Ilmu itu adalah sesuatu yang tidak memberi bagiannya kepadamu sehingga kamu
memberikan semua milikmu kepadanya, maka engkau memiliki KESEMPATAN memiliki
ilmu itu”. Seperti yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, sahabat-sahabat
Rasulullah SAW dalam totalitasnya menuntut ilmu. Contoh kisah Imam Abu Hanifa yang
menolak jabatan sebagai Bendahara Negara yang diberikan oleh Khalifah demi
menuntut ilmu. Dan banyak lagi kisah orang terdahulu dalam totalitasnya
menuntut ilmu karena mereka tahu bahwa ilmu itu lebih berharga daripada harta
maupun kekuasaan. Cara Mencari Ilmu/Belajar orang-orang terdahulu yang begitu
totalitas mencari ilmu itu lah yang seharusnya menjadi contoh dan motivasi bagi
kita dalam menuntu ilmu.
Tujuan
pendidikan dalam Islam tidaklah sama dengan tujuan pendidikan sekular yang
ingin menciptakan individu-individu pintar ilmu dunia, berbakti kepada Nusa dan
Bangsa. Hal-hal dalam tujuan pendidikan yang disebutkan diatas memanglah baik,
tetapi belum lengkap dan sempurna, Tujuan dasar pendidikan dalam Islam adalah
untuk membentuk individu-individu yang berakhlak, beradab, Sholeh dan baik.
Dengan beradab, berakhlak, dan sholeh maka dia akan tahu sikap dirinya sebagai
hamba kepada Tuhannya. Setelah dia berakhlak dan beradab yang baik kepada
Tuhannya, dan juga dirinya, barulah dia akan pasti berakhlak baik kepada
sesamanya. Dan inti dari pendidikan dalam Islam yang menanamkan adab ke dalam
individu siswa, bukan hanya sebatas menyampaikan Informasi. Karena memang
tujuan Nabi Muhammad diutus adalah untuk memperbaiki Akhlak Manusia.
Perbedaan lain
konsep keilmuan Islam dengan Barat adalah pada Sumber Ilmunya. Dalam konsep
keilmuan barat, sumber ilmu adalah Panca Indra & Rasio (Empirisme &
Rasionalisme) semata. Dalam konsep keilmuan Islam, sumber Empiris dan Rasio
bukannya tidak penting, Rasio dan Empiris adalah suatu sumber yang penting,
bahkan Agama Islam ini adalah untuk orang yang berakal, tetapi ada sumber yang
lebih penting lagi yaitu Wahyu.
Perbedaan juga
terdapat pada Obyek ilmunya. Jika keilmuan sekular hanya berkutat pada hal-hal
yang terkait dengan ‘fenomena’ yang tebatas pada hal fisik saja. Berbeda dengan
keilmuan dalam Islam yang Obyek ilmunya tidak hanya pada hal-hal fisik tetapi
juga menyentuh pada hal-hal metafisik, objek kajiannya meliputi hal-hal yang
tampak maupun yang tidak tampak.
Dalam konsep
keilmuan Islam, mempunyai klasifikasi pembagian ilmunya sendiri. Klasifikasi
pembagian Ilmu dalam Islam terbagi menjadi dua bagian; Fardu ‘ain dan Fardu
Kifayah. Fardu ‘ain artinya setiap muslim harus tahu dan harus melakukan ilmu
tersebut, seperti yang dikatakan oleh Abdulqadir Al-Baghdadi “Sesungguhnya
telah bersepakat mayoritas Ahlussunnah Wal-Jamaah tentang dasar-dasar hukum
agama, setiap rukun wajib untuk setiap orang yang berakal untuk mengetahui
hakikatnya”. Menurut Imam Al-Ghazali konsep klasifikasi ilmu ini bersifat
dinamis tidak statis.
Sepatutnya
kita sebagai seorang muslim harus menyadari pentingnya Ilmu dalam kehidupan
kita agar kita mengetahui hakikat kehidupan serta terhindar dari kebodohan.
Dalam menuntut ilmu kita harus meluruskan niat, Lillahi Ta’ala, hanya untuk
Allah semata, hanya untuk mencari ridho Allah semata. Jikalaupun ada materi
ataupun kekuasaan yangkita dapatkan dari ilmu tersebut, seyogianya materi
ataupun kekuasaan tersebut digunakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT yang
sudah pasti akan berdampak baik kepada orang banyak.
Wallahu A’lam Bishawab.
Untuk video lengkap kajiannya, bisa dilihat di:
Dirangkum oleh Yahya Aditama
Bekasi, 26 Ramadhan 1436 Hijriah (12 Juli 2015 Masehi)