Wacana
Islamisasi Ilmu Kontemporer yang akhir-akhir ini sedang digalakkan nampaknya
belum menjadi ‘isu’ yang populer di kalangan Mahasiswa UMS, khususnya di Mahasiswa
Fakultas Teknik. Beberapa penyebabnya (yang saya amati secara sekilas) antara
lain; masih suburnya sikap apatis dan pragmatis di kalangan mahasiswa ‘umum’ di
Fakultas Teknik, khusus untuk Mahasiswa yang aktif di gerakan dakwah masih
belum menyadari atau bahkan nyaman dengan keadaan
split-personality (keterbelahan kepribadian), dan terlebih teman-teman
Mahasiswa belum menyadari kondisi Ummat Islam yang sedang dalam krisis
peradaban.
Ketika
teman-teman Mahasiswa “dicekoki” (dipaksa menelan) wacana Islamisasi Ilmu
Kontemporer ini tanpa mengetahui urgensitasnya, dapat dipastikan mereka akan
“memuntahkannya” dan mulai mundur teratur daripada pengkajian wacana ini. Terlebih
dengan tuntutan pragmatisme-negatif yang begitu ketat dalam dunia modern, sudah
pasti kebanyakkan teman akan memilih jalur ‘aman’. Karena memang pengkajian
wacana Islamisasi Ilmu ini bukan jalan ringan, tetapi kehadirannya sangat
dibutuhkan Ummat Islam yang sedang berada pada titik rendahnya.
Dengan
latar belakang kondisi seperti yang dijelaskan di atas, timbul pertanyaan
“Bagaimana menggiring kesadaran Mahasiswa menuju Wacana Islamisasi Ilmu
Kontemporer ?”. Dari beberapa teman yang saya amati, mereka mulai memasuki
wacana Islamisasi Ilmu ini melalui beberapa tahap. Sebelum menyentuh ke
penjabaran dari tahap-tahap, perlu dimengerti bahwa bisa saja tahapan-tahapan
ini tidak dialami oleh sebagian orang, namun jika ditelaah lebih lanjut mungkin
bisa saja digeneralisasikan. Dan juga diharapkan penjabaran saya ini dapat
dikaji lebih lanjut untuk nantinya bisa digunakan sebagai metode pendekatan
kepada Mahasiswa untuk masuk ke dalam Wacana Islamisasi Ilmu.
Berikut beberapa tahapan yang beberapa teman-teman
(termasuk saya) alami hingga akhirnya siap mendalami Wacana Islamisasi Ilmu. Tahap
Pertama (1) adalah Tahap Kegelisahan dimana teman-teman ini merasakan kegelisahan
juga keresahan yang berasal dari ketidaknyamanan yang timbul dari wacana-wacana
Liberalisasi Islam yang dibawa oleh Jaringan Islam Liberal (JIL), pada tahap
ini teman-teman mulai terusik ‘keyakinan beragama’nya, dan tahap ini merupakan
tahap yang krusial bilamana mendapat bimbingan yang salah, maka mereka malah
akan terbawa arus liberalisasi ini, dan beruntunglah mereka yang terbimbing di
jalan yang mempertahankan ‘kemurnian’ agamanya;
Tahap
Kedua (2) adalah Tahap Bimbingan Awal (contoh-praksis). di sini teman-teman
menerima bimbingan awalan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menahan (paling tidak agar tak sampai tebawa) arus liberalisasi ini. Bimbingan Langsung disini maksudnya adalah
ketika teman-teman mendapat tuntunan dan bimbingan dalam menahan Liberalisasi
Islam dari seorang guru/ustadz/mentor secara langsung, baik dalam lingkup
personal maupun kelompok, dan menjadi keharusan sang guru/ustadz/mentor adalah
mereka yang sudah paham betul tentang bagaimana bentuk-bentuk liberalisasi ini
berikut contohnya yang menyentuh kondisi riil kehidupan muridnya. Bimbingan Tak
Langsung di sini maksudnya adalah ketika teman-teman mendapatkan tuntunan dan
bimbingan dari buku-buku/tulisan-tulisan/makalah/jurnal yang memberikan
contoh-praksis bagaimana liberalisasi ini berlangsung, ataupun dari video-video
kajian yang diadakan beberapa lembaga (INSISTS, ITJ, dsb), sebagaimana Dr.
Adian Husaini di beberapa kajiannya yang banyak terdapat di situs Youtube.com
yang seperti ‘menyadarkan’ akan bahaya liberalisasi ini;
Tahap
Ketiga (3) adalah Tahap Bimbingan Lanjutan. Dalam tahap ini, teman-teman dengan
tetap melalui bimbingan baik langsung maupun tak langsung mulai memasuki lebih
dalam wacana yang dibawa oleh kelompok liberal seperti Sekularisme, Pluralisme,
dan Liberalisme (SEPILIS). Ditahap ini teman-teman yang sudah paham dengan
contoh-praksis dari liberalisasi mulai masuk kepada ranah berpikir dan cara
pandang juga sejarah bagaimana gerakan liberal ini bermulai. Mereka memperdalam
tentang agenda SEPILIS yang dibawa kelompok liberal dalam rangka untuk
persiapan mengkonternya. Pada tahap ini teman-teman akan mengetahui sampai
sejauh mana ranah garapan liberalisasi, sehingga pada saatnya teman-teman akan
mendapati salah satu lahan yang digarap kelompok Liberal ini adalah bidang
produksi keilmuan, yang mana bidang keilmuan disusupi paham-paham SEPILIS yang
khas paradigma Barat;
Tahap
Keempat (4) adalah Tahap Siap berwacana Islamisasi Ilmu Kontemporer. Pada tahap
ini teman-teman sudah siap menerima materi Islamic World View, materi Khazanah
Peradaban Islam Masa Lalu, materi Peradaban Barat, dsb. Pada tahap ini,
teman-teman telah sadar betul akan urgensitas dari wacana Islamisasi Ilmu
Kontemporer. Di tahap ini teman-teman melakukan ‘percepatan intelektual’ dengan
cara mengadakan diskusi-diskusi dan kajian-kajian yang berkaitan dengan
Islamisasi Ilmu, disini juga dipelajari madzhab-madzhab Islamisasi ilmu. Dari
tahap ini pula teman-teman akan siap memasuki pintu gerbang Produksi Ilmu untuk
kebangkitan Peradaban Islam yang merupakan suatu pembahasan panjang tersendiri.
~~~~~~~~~~~~~~~
Analisa
singkat ini bisa dibilang cukup lemah dikarenakan lingkup sampel yang terlalu
kecil, tapi tak menutup kemungkinan metode pendekatan di atas dapat digunakan
sebagai metode umum nantinya, setelah dilakukan kajian yang lebih mendalam
tentunya.
Selepas
pembahasan di atas, masih timbul pertanyaan “Perlukah menggaet banyak Mahasiswa
dalam wacana Islamisasi Ilmu Kontemporer ?”. Karena Islamisasi Ilmu adalah
kerja-kolektif, maka lebih banyak mahasiswa yang sadar akan urgensi Islamisasi
ilmu ini makan percepatan dalam wacana Islamisasi Ilmu akan terjadi. Selain
itu, mahasiswa adalah unsur terpenting dari sebuah kampus, yang mana kampus
(sebagaimana tertulis dalam khazanah Peradaban Islam masa lalu) adalah tempat
yang begitu vital dalam menjaga peradaban, peranan kampus begitu penting
dirasa. Apalagi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan salah satu
kampus yang berafiliasi dengan salah satu ormas Islam besar di Indonesia, maka
menjadi sebuah kewajiban bersama untuk mengembalikan Islam pada kejayaannya.
Dengan
kepemahaman wacana Islamisasi Ilmu, diharapkan dapat menghilangkan
split-personality (keterbelahan kepribadian). Juga diharapkan dengan munculnya
calon intelektual-intelektual muda (mahasiswa) yang berkesadaran akan urgensi
Islamisasi Ilmu Kontemporer dapat dengan sendirinya berdampak pada percepatan
rekonstruksi peradaban Islam. Jika kita melihat bagaimana Rasulullah SAW
membangun peradaban Islam adalah pertama-tama membangkitkan gairah keilmuan
pada ummat Muslim pada zamannya.
"Karena Islam adalah Peradaban Ilmu, Peradaban yang tegak berdiri di atas wahyu"
Wallahu A'lam Bishawab
oleh Yahya Aditama.